LAPORAN PRAKTIKUM
ALEL GANDA
|
Score
|
Tujuan
|
|
Tinjauan Pustaka
|
|
Metodologi
|
|
Hasil
|
|
Pembahasan
|
|
Kesimpulan
|
|
Daftar Bacaan
|
|
Penulisan
|
|
Pinalti
|
|
Nilai Akhir
|
|

Fitriani
Wahyu Setyaningrum
3415092300
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
2013
Tujuan
1.
Mengenal
beberapa sifat keturunan pada manusia yang ditentukan oleh pengaruh alel ganda
2.
Mencoba
menetapkan genotip sendiri
3.
Mengetahui
penggunaan serum pada percobaan golongan darah
4.
Menentukan
golongan darah sendiri melalui percobaan
5.
Mengetahui
kemungkinan genotip dari golongan darah
Tinjauan
Pustaka
Genetika berasal dari bahasa yaitu Yunani γέννω atau genno yang
berarti "melahirkan" merupakan cabang biologi yang penting
saat ini. Ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang menyangkut pewarisan sifat
dan variasi sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion).
Ada pula yang dengan singkat mengatakan, genetika adalah ilmu tentang gen.
Nama "genetika" diperkenalkan oleh William
Bateson pada suatu surat pribadi kepada Adam Chadwick dan ia menggunakannya pada Konferensi
Internasional tentang Genetika ke-3 pada tahun 1906. Meskipun orang biasanya
menetapkan genetika dimulai dengan ditemukannya kembali naskah artikel yang
ditulis Gregor Mendel pada tahun
1900, sebetulnya kajian genetika sudah dikenal sejak masa prasejarah, seperti domestikasi dan
pengembangan trah-trah murni (pemuliaan) ternak dan tanaman. Orang juga sudah mengenal efek persilangan dan perkawinan sekerabat serta membuat sejumlah prosedur dan peraturan
mengenai hal tersebut sejak sebelum genetika berdiri sebagai ilmu yang mandiri.
Silsilah tentang penyakit pada keluarga, misalnya, sudah dikaji orang sebelum
itu. Kala itu, kajian semacam ini disebut "ilmu pewarisan" atau
hereditas (Anonim, 2009).
Kita ketahui bahwa pengertian alel ganda ialah bahwa
dalam suatu populasi individu jumlah jenis alel pada suatu lokus terdapat lebih
dari dua. Contoh yang sudah cukup luas dikenal ialah golongan darah pada
manusia. Di kenal ada empat jenis golongan darah, yaitu A, B, AB dan O, yang
dikendalikan oleh tiga alel, yaitu IA, IB, dan i. Alel-alel tersebut
bertanggung jawab dalam mengendalikan pembentukan antigen sel darah, alel IA dan
alel IB masing-masing mengendalikan pembentukan antigen A dan antigen B,
sedangkan alel i tidak membentuk antigen.
Antara alel IA dengan alel IB terdapat hubungan
kodominan, yang berarti genotipe IA IB dapat emproduksi antigen A dan
antigen B. Alel IA dan alel IB kedua-duanya terhadap alel i. Dengan keterangan
tersebut maka akan diperoleh genotype IA IA dan IA Ii (golongan darah A) akan
memproduksi antigen A, genotype IB IB dan IB Ii (golongan darah B) akan
menghasilkan antigen B; genotype IA IB (golongan darah AB) mempunyai antigen A
dan B, sedangkan genotype ii (golongan darah O) tidak memproduksi antigen
(Jusuf, 2001).
Pengertian alel ganda adalah faktor yang memiliki
lebih dari dua macam alel, sekalipun tidak ada satu pun makhluk diploid yang
mempunyai lebih dari dua macam alel untuk tiap faktor. Sebab timbulnya alel
ganda adalah peristiwa mutasi gen. Stanfield (1983) mengatakan “Karena suatu
gen dapat berubah menjadi bentuk-bentuk alternatif oleh proses mutasi, secara
teoritis di dalam suatu populasi mungkin dijumpai sejumlah besar alela”
(Corebima, 1997).
Pada manusia, hewan dan tumbuhan dikenal beberapa
sifat keturunan yang ditentukan oleh suatu seri alel ganda. Golongan darah ABO
yang ditemukan oleh Landsteiner pada tahun 1900 dan faktor Rh yang ditemukan
oleh Landsteiner bersama Weiner pada tahun 1942 juga ditentukan oleh alel
ganda. Untuk golongan darah tipe ABO misalnya, dikenal oleh alel ganda IA, IB,
dan i (Hartati, 2009).
Banyak para ilmuan mengikuti penemuan Landsteiner
tentang penggumpalan sel-sel darah merah dan pengertian tentang reaksi
antigen-antibodi, maka penyelidikan selanjutnya memberi penegasan mengenai
adanya dua antibodi alamiah di dalam serum darah dan dua antigen pada permukaan
dari eritrosit. Salah seorang dapat membentuk salah satu atau dua antibodi atau
sama sekali tidak membentuknya. Demikian pula dengan antigennya. Dua antigen
itu disebut antigen –A dan antigen –B, sedangkan dua antibodi disebut anti –A
(atau α) dan anti –B (atau β).
Melalui tes darah maka setiap orang dapat mengetahui
golongan darahnya. Berdasarkan sifat kimianya, antigen –A dan –B merupakan
mukopolisakharida, terdiri dari protein dan gula. Dalam dua antigen itu bagian
proteinnya sama, tetapi bagian gulanya merupakan dasar kekhasan
antigen-antibodi.
Golongan darah seseorang ditentukan oleh macamnya antigen yang dibentuknya
(Suryo, 1986).
Ada bermacam golongan darah pada manusia, salah satu
contoh itu herediter (keturunan) yang ditentukan oleh alel ganda. Berhubungan
dengan itu, golongan darah seseorang dapat mempunyai arti penting dalam
kehidupan. Pada permulan abad ini (tahun 1900 dan 1901) K. Landsteiner
menemukan bahwa penggumpalan darah (aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila
eritrosit (sel darah merah) seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Akan
tetapi pada orang lain, campuran tadi tidak mengakibatkan penggumpalan darah.
Berdasarkan reaksi tadi, maka Landsteiner membagi orang menjadi tiga golongan,
yaitu A, B dan O. Golongan yang keempat jarang sekali dijumpai, yaitu golongan
darah AB, telah ditemukan oleh dua orang mahasiswa Landsteiner dalam tahun
1902, ialah A. V. von Decastello dan A. Sturli (Suryo, 1984).
Dilihat dari golongan ABO, manusia dikelompokkan
menjadi 4 golongan. Penggolongan ini didasarkan atas ada tidaknya suatu zat
tertentu di dalam sel darah merah, yaitu yang dikenal dengan nama aglutinogen
(antigen). Ada dua macam aglutinogen yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B.
Aglutinogen merupakan polisakarida, dan terdapat tidak saja terbatas di dalam
sel darah merah tetapi juga kelenjar ludah, pankreas, hati, ginjal, paru-paru,
testes dan semen. (Kartolo, 1993).
Alel merupakan bentuk alternatif suatu gen yang terdapat pada
lokus (tempat) tertentu. Individu dengan genotipe AA dikatakan mempunyai alel
A, sedang individu aa mempunyai alel a. Demikian pula individu Aa memiliki dua
macam alel, yaitu A dan a. Jadi, lokus A dapat ditempati oleh sepasang (dua
buah) alel, yaitu AA, Aa atau aa, bergantung kepada genotipe individu yang
bersangkutan.
Namun, kenyataan yang sebenarnya lebih umum dijumpai adalah
bahwa pada suatu lokus tertentu dimungkinkan munculnya lebih dari hanya dua
macam alel, sehingga lokus tersebut dikatakan memiliki sederetan alel. Fenomena
semacam ini disebut sebagai alel ganda (multiple alleles).
Meskipun demikian, pada individu diploid, yaitu individu yang
tiap kromosomnya terdiri atas sepasang kromosom homolog, betapa pun banyaknya
alel yang ada pada suatu lokus, yang muncul hanyalah sepasang (dua buah).
Katakanlah pada lokus X terdapat alel X1, X2, X3, X4, X5. Maka, genotipe
individu diploid yang mungkin akan muncul antara lain X1X1, X1X2, X1X3, X2X2
dan seterusnya.
Beberapa Contoh Alel Ganda
Alel ganda pada lalat Drosophila sp
Lokus w pada Drosophila melanogaster mempunyai sederetan alel dengan perbedaan tingkat aktivitas dalam produksi pigmen mata yang dapat diukur menggunakan spektrofotometer. Tabel 2.3 memperlihatkan konsentrasi relatif pigmen mata yang dihasilkan oleh berbagai macam genotipe homozigot pada lokus w.
Konsentrasi relatif pigmen mata pada berbagai genotipe D. melanogaster
Genotipe Konsentrasi relatif pigmen mata terhadap pigmen total Genotipe Konsentrasi relatif pigmen mata terhadap pigmen total
Ww
0,0044 wsatwsat 0,1404
wawa
0,0197 wcolwcol 0,1636
wewe
0,0324 w+sw+s 0,6859
wchwch
0,0410 w+cw+c 0,9895
wcowco
0,0798 w+Gw+G 1,2548
Alel ganda pada kelinci
Pada kelinci terdapat alel ganda yang mengatur warna bulu. Alel ganda ini mempunyai empat anggota, yaitu c+, cch, ch, dan c, masing-masing untuk tipe liar, cincila, himalayan, dan albino. Tipe liar, atau sering disebut juga agouti, ditandai oleh pigmentasi penuh; cincila ditandai oleh warna bulu kelabu keperak-perakan; himalayan berwarna putih dengan ujung hitam, terutama pada anggota badan. Urutan dominansi keempat alel tersebut adalah c+ > cch > ch > c dengan sifat dominansi penuh. Sebagai contoh, genotipe heterozigot cchc, akan mempunyai bulu tipe cincila.
Contoh
lain yang merupakan peristiwa dari alel ganda adalah tumbuhnya rambut pada
segmen digitalis tengah jari-jari tangan. Penentuan dominasi pada rambut
digitalis tengah jari tangan adalah sebagai berikut.
H1 > H2 > H3 > H4
> H5
Dimana :
· H1 =
Rambut terdapat pada semua jari
· H2 =
Rambut pada jari kelingking, jari manis, dan jari tengah
· H3 =
Rambut pada jari manis dan jari tengah
· H4 =
Rambut hanya pada jari manis saja
· H5 =
Tidak ada rambut pada keempat
Metodologi
·
Alat dan bahan
o
Jari
tangan
o
Darah
o
Loop
o
Serum a,
serum b, serum ab, dan anti Rh
o
Alcohol
o
Kertas uji
golongan darah
o
Yusuk gigi
·
Cara kerja (kalimat aktif)
Percobaan 1 :
1.
Dengan
menggunakan sebuah loop, setiap orang mengamati sisi atas jari – jari tangannya
sendiri.
2.
Memperhatikan
dengan seksama apakah pada segmen digitalis tengah jari – jari tangan tampak
jelas tumbuh rambut.
Percobaan 2 :
1.
Dengam
menggunakan darah praktikan, menyiapkan bahan dan alat yang digunakan.
2.
Mengambil
darah praktikan dengan menggunakan blood lanset.
3.
Setelah
itu menaruh tetesan darah di atas kertas uji golongan darah
4.
Pada kotak
pertama, menaruh anti A, kotak kedua anti B, kotak ketiga anti AB, dan kotak
keempat anti Rh
5.
Kemudian
aduk dengan menggunakan pengaduk.
6.
mengamati
apakah terjadi penggumpalan.
7.
Mencatat
hasil pengamatan.
Hasil
a.
Rambut di Ruas Tengah Jari
Tangan
Alel Ganda
|
Hasil Individu
|
Hasil Kelas
|
|
Jumlah
|
Persentase
|
||
H1
|
Siti Maesaroh
|
1
|
4%
|
H2
|
Juliadi
|
1
|
4%
|
H3
|
Dhany, Wiena
|
2
|
7%
|
H4
|
Musdalifah, Sofie, Faisal, Putri Diana, Novita
|
5
|
17%
|
H5
|
FitriYani, Intan P.S, Aulia, Monika, Fitri Yanti, Intan. M,
Irfan, Nisa, Andes, Vita, Indah, Heni, Nadia, Tiwi, Nurliya, Ardi, Ahmad A,
Eca, Syifa.
|
19
|
68%
|
Total
|
28
|
100 %
|
Perhitungan :
H1 : 4/100 x 28 = 1,12
H2 : 4/100 x 28 =1,12
H3 :7/100 x 28 = 1,96
H4 : 17/100 x 28 = 4,76
H5 : 68/100 x 28 = 19,04
|
H1
|
H2
|
H3
|
H4
|
H5
|
Diperoleh
|
1
|
1
|
2
|
5
|
19
|
Diharapkan (e)
|
1,12
|
1,12
|
1,96
|
4,76
|
19,04
|
Deviasi ( d )
|
-0,12
|
-0,12
|
-0,04
|
-0,24
|
0,04
|
X2 = (-0,12)2 / 1,12 + (-0,12)2 / 1,12 + (-0,04)2 /1,96 + (-0,24)2 /
4,76 + (0,04)2 / 19,04
= 0,01 + 0,01 + 0,00082 +
0,0121 + 0,00008 = 0,033
Dk = 5 – 1 = 4
b. Golongan Darah
Jenis Pengujian
|
Hasil Individu
(Beri tanda X)
|
Hasil Kelas
|
|
Jumlah
|
Persentase
|
||
Golongan darah A
|
XXXXXX
|
6
|
25%
|
Golongan darah B
|
XXXXXXXXXXX
|
11
|
45%
|
Golongan darah AB
|
XXX
|
3
|
13%
|
Golongan darah O
|
XXXX
|
4
|
17%
|
Total
|
24
|
100%
|
|
Rh Positif
|
XXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXX
|
24
|
100%
|
Rh Negatiif
|
-
|
0
|
0
|
Total
|
24
|
100 %
|
Pembahasan
Berdasarkan
data pengamatan pada rambut di ruas tengah tangan yang dilakukanterhadap 24 sampel, terdapat 1 orang yang termasuk ke dalam H1, 1 orang H2, 2 orangH3, 5 orang H4 dan 19 orang H5. Dalam hal ini, data yang diperoleh
akan dikaitkan oleh data harapan rata-rata yang dimiliki oleh orang Indonesia
yaitu H1 sebesar 4%, H2sebesar 4%, H3 sebesar 7%, H4 sebesar 17% dan H5 sebesar 68%. Dari data di atas dapat diketahui bahwa frekuensi
tidak adanya rambut pada ruas jari paling banyak ditemui dibandingkan dengan
frekuensi pada H1, H2, H3, dan H4.
Data tersebut
berarti menunjukkan bahwa seri alel ganda pada H5 bersifat dominandibandingkan dengan seri alel ganda pada tipe lainnya. Jadi, dapat dilihat urutandominansinya adalah H5>H4>H3>H2=H1.Berdasarkan
data yang telah dilakukan perhitungannya, didapatkan bahawa pada percobaan kali ini mengenai rambut yang berada pada ruas
tengah jari tangan tidak dipengaruhi
oleh adanya faktor lingkungan atau faktor luar.
Hal tersebut
dapat dilihat dari hasil perhitungan dengan
menggunakan perhitungan chi square yang diperolehangka sebesar 0,033 dengan nilai deviasi sebesar 4, sehingga
menunjukkan posisi nilaikemungkinan yang didapat. Hasil tersebut memberikan
arti bahwa data yang diperolehpada percobaan tersebut baik dan tidak dipengaruhi faktor luar, dengan batasambangnya sebesar 0,0
Setelah
mengikuti praktikum dengan unit Alel Ganda ini, praktikan memiliki pengetahuan
mengenai cara mengidentifikasi golongan darah pada manusia. Hasil dari
pengidentifikasian yang dilakukan pada setiap praktikan (probandus) adalah
sebagai berikut sebagai berikut:
· Golongan darah A = 6 probandus
dengan persentase sebanyak 25%
· Golongan darah B = 11 probandus
dengan persentase sebanyak 45%
· Golongan darah AB = 3 probandus
dengan persentase sebanyak 13%
· Golongan darah O = 4 probandus
dengan persentase sebanyak 17%
Bahan
utama yang digunakan dalam melakukan identifikasi adalah berupa serum anti A
dan serum anti B yang diteteskan pada darah probandus. Jika pada anti serum A
terjadi penggumpalan (aglutinasi) sedangkan anti serum B tidak, maka golongan
darah probandus adalah A. Bila terjadi sebaliknya, maka golongan darah probandus
adalah B. Bila kedua-duanya mengalami penggumpalan maka golongan darah
probandus adalah AB. Bila kedua-duanya tidak mengalami penggumpalan maka
golongan darah probandus adalah O.
Menurut
Jusuf (2001), dikenal ada empat jenis golongan darah, yaitu A, B, AB dan O,
yang dikendalikan oleh tiga alel, yaitu IA, IB, dan i. Alel-alel tersebut
bertanggung jawab dalam mengendalikan pembentukan antigen sel darah, alel IA
dan alel IB masing-masing mengendalikan pembentukan antigen A dan antigen B,
sedangkan alel i tidak membentuk antigen.
Antara alel
IA dengan alel IB terdapat hubungan kodominan, yang berarti genotipe IA IB
dapat memproduksi antigen A dan antigen B. Alel IA dan alel IB kedua-duanya
terhadap alel i. Dengan keterangan tersebut maka akan diperoleh genotipe IA IA
dan IA Ii (golongan darah A) akan memproduksi antigen A, genotipe IB IB dan IB
Ii (golongan darah B) akan menghasilkan antigen B; genotipe IA IB (golongan
darah AB) mempunyai antigen A dan B, sedangkan genotipe ii (golongan darah O)
tidak memproduksi antigen.
Dalam
transfusi darah golongan darah AB dapat menerima sumbangan dari semua golongan
darah (tidak akan terjadi penggumpalan), sebaliknya golongan darah O hanya
dapat menerima sumbangan dari golongan darah yang sama, golongan darah lainnya
akan digumpalkan. Bila dilihat dari sudut donor, golongan darah O dapat
menyumbangkan darah untuk semua golongan darah, sedangkan golongan darah AB
dapat menjadi donor hanya untuk golongan darah yang sama. Golongan darah A dan
B dapat menjadi penerima sumbangan dari golongan darah O dan dari golongan
darah sejenis dan dapat menjadi donor untuk golongan AB dan golongan sejenis
(Jusuf, 2001).
Dari
penjelasan teori di atas dapat diketahui bahwa sangat penting mengenal golongan
darah sebelum melakukan transfuse darah. Pada serum darah merah akan dibentuk
anti bodi. Pada serum darah merah akan dibentuk anti bodi yang dapat mengenali
anti gen sel darah merahnya dan antigen asing yang masuk dari luar.
Antibodi akan
menggumpalkan antigen yang berbeda dari antigen yang dibentuk oleh sel darah
merahnya. Jadi antibodi golongan darah A (yang memproduksi antigen A) akan
menggumpalkan antigen B dan antibodi golongan darah B (yang memproduksi antigen
B) akan menggumpalkan anti gen A. Jika antibody tidak dapat menggumpalkan
antigen A dan B karena memproduksi dengan baik antigen tersebut maka golongan
darahnya adalah AB. Sebaliknya, jika tidak mengandung antigen baik A maupun B,
antibodinya akan menganggap kedua antigen tersebut sebagai zat asing sehingga
kedua-duanya akan digumpalkan maka golongan darahnya adalah golongan darah O.
Pada
praktikum ini, semua praktikan memilii rhesus positif, yakni ketika darah
dimasukkan serum anti Rh kemudian terjadi penggumpalan maka darah tersebut
memiliki rhesus positif, sedangkan jika tidak terjadi penggumpalan maka disebut
rhesus negative. Untuk orang Indonesia, dominan memiliki rhesus positif.
Menurut Suryo (1984), menurunnya
alel-alel ganda dapat diikuti dari beberapa contoh perkawinan berikut ini:
1. Suami-istri masing-masing
bergolongan darah O akan mempunyai keturunan bergolongan darah O saja.
2. Seorang laki-laki bergolongan
darah A menikah dengan seorang perempuan bergolongan darah O. Kemungkinan
keturunannya, 50 % bergolongan darah A dan 50 % bergolongan darah O.
3. Seorang laki-laki bergolongan
darah B menikah dengan seorang perempuan bergolongan darah B pula. Kemungkinan
keturunannya, 75 % bergolongan darah B dan 25 % bergolongan darah O.
4. Pria bergolongan darah B menikah
dengan wanita bergolongan darah A. Kemungkinan keturunannya, 25 % bergolongan
darah AB dan 25 % bergolongan darah A, 25 % bergolongan darah B dan 25 %
bergolongan darah O.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1.
Golongan darah manusia merupakan salah satu sifat
keturunan yang ditentukan oleh alel ganda. Genotipe golongan darah A adalah IA
IA dan IA Ii, genotipe golongan darah B adalah IB IB dan IB Ii, genotipe
golongan darah AB adalah IA IB dan genotipe golongan darah O adalah ii.
2.
Dari hasil praktikum terdapat beberapa
sifat keturunan yang dipengaruhi oleh alel ganda adalah ada tidaknya rambut di ruas tengah di punggung telapak tangan,
3.
Golongan darah
sistem ABO dan Rh.Golongan darah O memiliki frekuensi yang paling banyak
dimiliki/ditemui.Golongan darah Rh+ frekuensinya paling banyak ditemui pada
orang Indonesia.
.
Daftar
Bacaan
Anonim. 2009. Genetika. http: //wiki/genetika/or.id. Diakses Rabu, 28
Mei 2013
Corebima, AD. 1997. Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University
Press.
Hartati. 2009. Penuntun Praktikum Genetika. Makassar: Universitas Negeri
Makassar.
Jusuf, Muhammad. 2001. Genetika I. Jakarta: CV. INFOMEDIKA.
Suryo. 1984. Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Wulangi, Kartolo. S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta:
Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar